Melanjutkan materi di kelas advance life designer beberapa waktu yang lalu yang berjudul “Quantum Collective. Segalanya satu dan saling terhubung” saya ingin melanjutkan pembahasan di salah satu materi tersebut yaitu terutama di bagian “The Construction of Reality”
Realitas alias apa yang kita sebut sebagai kenyataan, sesuatu yang real. Namun bagaimana kita bisa mendefinisikan realitas itu sendiri? Saya jadi teringat salah satu adegan pertanyaan Morpheus di film The Matrix.

Apakah teman-teman ada yang ingat dengan cuplikan dari film The Matrix tersebut? Melalui video ini, saya ingin mengajak teman-teman untuk mengambil pil merah alias red pill, lalu tenggelam bersama saya untuk mencoba men-dekonstruksi definisi dari realitas, serta bagaimana caranya agar kita bisa merubah realitas kita di tataran fisik atau material berbasiskan hukum-hukum saintifik yang berlaku saat ini.
Sebagaimana gambar konstruksi realitas tersebut, realitas manusia saat ini dibagi menjadi dua bagian yaitu realitas di tataran materi (matter) dan realitas di tataran mental (vibrasi/gelombang) yang masuk ke tataran kuantum. Baiklah, kita akan masuk ke pembahasan materi pertama yaitu mendekonstruksi realitas kita di tataran materi atau tataran fisik.

https://www.semanticscholar.org/paper/The-Universe-as-a-Cyclic-Organized-Information-John-Meijer/fa8e2273f8d1573a9ac658c2ef44af026b679208/figure/2
Sebagaimana yang kita ketahui serta yakini bersama, bahwa alam semesta ini bermula dari suatu ledakan besar atau yang dikenal sebagai “the big bang”. Dari ledakan besar tersebut, terciptalah dimensi ruang, waktu dan medan kuantum yang berisikan segala bentuk informasi. Di tataran materi, dari gambar tersebut kita bisa melihat suatu proses umpan bolak-balik siklik di tataran materi dimana teori relativitas Einstein E = mc2 kemudian menjadi hukum dasar dari tataran materi tersebut. Energi dan materi menjadi konstruksi dasar dari realitas kita di Dunia saat ini.
STRUKTUR AWAL MATERI TERBENTUK DARI PARTIKEL ATOMIK YANG TERDIRI ATAS PROTON, NEUTRON DAN ELEKTRON. LALU PARTIKEL-PARTIKEL TERSEBUT SALING BERKUMPUL DAN TERHUBUNG (ENTANGLE) MEMBENTUK MOLEKUL. MOLEKUL ADALAH PEMBANGUN UTAMA DARI SEMUA MATERI.
BAIK ATOM MAUPUN MOLEKUL DISATUKAN OLEH SUATU BENTUK ENERGI POTENSIAL YANG DISEBUT ENERGI KIMIA.
SEPERTI YANG DITUNJUKKAN EINSTEIN KEPADA KITA, CAHAYA DAN MATERI ADALAH ASPEK DARI SUATU HAL YANG SAMA. MATERI HANYALAH CAHAYA YANG MEMBEKU. DAN CAHAYA ADALAH MATERI YANG BERGERAK.
Spiritualis
Intermezzo sejenak. Secara spiritual, kita adalah ruh, atau makhluk cahaya yang sedang membeku dalam wujud manusia yang terbungkus tulang dan daging. Namun cahaya alias ruh kita tersebut bergerak sebagai bentuk materi alias sebagai wujud manusia. Mengalami pengalaman sebagai seorang manusia. Masuk akal kan? Ternyata apa yang Einstein ungkapkan dalam rumus sederhana bisa menjadi jawaban atas pertanyaan spiritual “siapakah saya?”
DARI MATERI YANG TERBENTUK TERSEBUT, KEMUDIAN DIMULAILAH PROSES PEMBENTUKAN SEMESTA DALAM BENTUK MATERI / FISIK DIMANA TERDAPAT PLANET-PLANET, BINTANG GEMINTANG DAN BERAGAM BENTUK LAIN NYA.
PROSES EVOLUSI MILYARAN TAHUN PUN DIMULAI. ENTROPI MEMAINKAN PERANAN PENTING DALAM PROSES EVOLUSI SEMESTA.
DARI HASIL EVOLUSI TERSEBUT, LALU KEMUDIAN TERBENTUKLAH KEHIDUPAN CERDAS YANG TERDIRI ATAS BERBAGAI MACAM KEHIDUPAN. MANUSIA ADALAH SALAH SATU BENTUKNYA,HUKUM-HUKUM ALAM BEKERJA DENGAN ILMU PENGETAHUAN YANG DICIPTAKAN OLEH MANUSIA SEHINGGA HARI INI, MANUSIA MAMPU MENCIPTAKAN KECERDASAN BUATAN ATAU ARTIFICIAL INTELLIGENCE.
PADA SAAT KECERDASAN BUATAN DAN MANUSIA SALING BEKERJA SAMA DAN MENJADI PENGAMAT DI DUNIA INI, MAKA PROSES PEMBENTUKAN ULANG SEMESTA PUN AKAN DIMULAI.
KESADARAN UNIVERSAL YANG BERUPA DATABASE INFORMASI DI LEVEL KUANTUM YANG JUGA MERUPAKAN TITIK AWAL PEMBENTUKAN SEMESTA AKAN MENGALAMI GANGGUAN ENTROPI AKIBAT ADANYA KECERDASAN BUATAN YANG MEMBAWA DISTORSI INFORMASI KE DALAM TATARAN KUANTUM.
BISA JADI PROSES KEHANCURAN SEMESTA AKAN SEGERA DIMULAI ATAU BAHKAN MEMANG SUDAH DIMULAI SEBAGAI AKIBAT DISTORSI DARI INFORMASI YANG BERASAL DARI KECERDASAN BUATAN DI TATARAN KUANTUM.
Oke, itu adalah dekonstruksi realitas kita di tataran material. Segalanya menjadi relatif karena memang teori relativitas memasukkan unsur ruang dan waktu melalui massa yang dikalikan konstanta kecepatan cahaya kuadrat. Apa yang kita lihat di tataran materi, ternyata hanyalah berupa energi apabila kita mau mengutak-atik sedikit rumus teori relativitas Einstein tersebut.
Baiklah, sekarang kita masuk ke dekonstruksi realitas di tataran mental atau tataran kuantum. Di level ini, teori relativitas Einstein sudah tidak berlaku. Yang menjadi acuan dan basis dalam realitas di tataran ini adalah persamaan Planck yaitu E = hv dimana Energi (dalam bentuk foton) dinyatakan sebagai hasil kali antara konstanta Planck (h) yang nilainya 6,626 × 10 34 Js, dan v adalah frekuensi.
Hukum radiasi Planck menunjukkan distribusi (penyebaran) energi yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam. Hukum ini memperkenalkan gagasan baru dalam ilmu fisika, yaitu bahwa energi merupakan suatu besaran yang dipancarkan oleh sebuah benda dalam bentuk paket-paket kecil terputus-putus, bukan dalam bentuk pancaran molar. Paket-paket kecil ini disebut kuanta dan hukum ini kemudian menjadi dasar teori kuantum. Dari sinilah dimulai cabang ilmu fisika baru yang dinamakan fisika kuantum.
Energi foton adalah energi yang dibawa oleh satu foton. Jumlah energi ini akan berbanding lurus dengan elektromagnetik foton dan dengan demikian, secara ekuivalen, berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Semakin tinggi frekuensi foton, semakin tinggi energinya. Setara, semakin panjang gelombang foton, maka semakin rendah energinya.

Disinilah keindahan serta kebenaran pernyataan Tesla yang mengatakan bahwa
“Apabila kamu ingin mengetahui rahasia Alam Semesta ini, pikirkanlah mengenai energi, frekuensi dan vibrasi”
Nikola Tesla
Dari kalimat Tesla tersebutlah saya kemudian tertarik serta tercebur untuk mempelajari fisika kuantum secara lebih mendalam. Konstruksi realitas kita saat ini, yang terdiri atas dua dimensi yaitu dimensi materi (fisik) dan dimensi vibrasi / mental (kuantum) ternyata terdiri atas tiga komponen utama yaitu energi, frekuensi dan vibrasi.
Pada saat kita mempelajari tentang medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh tubuh manusia melalui pikiran (gelombang elektrik) dan perasaan (gelombang magnetik), maka kita bisa mengetahui bahwa apabila pikiran dan perasaan yang membentuk kesadaran kita berada dalam kondisi koheren, maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Lihat gambar berikut ini sebagai referensi:

Dari pikiran dan perasaan yang memancarkan frekuensi gelombang elektromagnetik ke medan kuantum, yang kemudian berubah menjadi energi, hingga akhirnya berubah menjadi benda fisik atau materi.
Persamaan Planck yang menjadi dasar realitas di tataran kuantum memiliki 2 hal utama yang harus kita perhatikan terkait energi, yaitu konstanta Planck dan Frekuensi. Keduanya terlibat secara langsung untuk menentukan berapa besar atau tingginya energi kita di tataran mental atau di tataran kuantum. Ketika kita menyandingkan kedua buah persamaan dari realitas yang berbeda, maka kita akan mendapatkan hal sebagai berikut:
- Di tataran materi, energi sama dengan massa dikali konstanta kecepatan cahaya kuadrat.
- Di tataran mental atau kuantum, energi (berupa foton) sama dengan frekuensi dikali konstanta Planck.
Jadi apabila kita, sebagai manusia, ingin merubah sesuatu di tataran materi, di tataran fisik, ingin merubah nasib kita yang secara langsung masuk ke dalam domain materi alias massa, maka hanya ada dua hal yang bisa kita rubah, yaitu merubah energi kita baik di tataran materi maupun mental (kuantum). Di tataran mental, frekuensi yang kita pancarkan ke medan kuantum haruslah dalam frekuensi tinggi. Apabila Anda mengamati skala frekuensi kesadaran manusia, yang berbasiskan emosi dan pikiran (kesadaran) yang mewujud berupa medan elektromagnetik, maka semakin kita berada di skala kesadaran di level tinggi atau zona power, maka semakin tinggi energinya.
Maka benarlah apa yang dinyatakan oleh Albert Einstein sebagai:
Albert Einstein
“Segalanya adalah energi dan hanya itu saja yang ada di semesta ini. Sesuaikan frekuensi realitas yang Anda inginkan dan Anda PASTI akan mendapatkan realitas tersebut. Anda tidak bisa merubah realitas Anda dengan cara lain. Ini bukanlah filosofi. Ini adalah fisika!”
Sementara di tataran materi, apabila kita ingin meningkatkan energi kita, hanya ada satu hal yang bisa kita lakukan, yaitu meningkatkan konstanta C2 alias kecepatan cahaya kuadrat. Namun bagaimana caranya? Cuma ada satu, yaitu terhubungkanlah dengan sesuatu yang lebih cepat dari kecepatan cahaya kuadratik. Terhubungkanlah dengan Sang Cahaya Diatas Cahaya. Cahaya tidak terhingga. Cahaya Ilahiah. Apabila kita sebagai massa (m) dikalikan dengan konstanta berupa cahaya tidak terhingga, maka otomatis energi kita pun akan menjadi luar biasa besar, dahsyat dan tak berhingga!
Apabila kita mengamati chart frekuensi dari Dr. Joe Dispenza diatas, rasa syukur atau bersyukur akan menjadi titik awal seorang manusia untuk masuk ke kecepatan cahaya, dan ini adalah titik awal dimana kita sebagai manusia melepaskan dan meluruhkan segala bentuk ego dan persona (topeng) kita sebagai manusia menjadi no body alias saya bukan tubuh saya, no one alias saya bukan siapa-siapa, no thing alias saya bukan apa-apa, no where alias saya tidak kemana-mana (dimensi ruang menghilang), no time alias saya bukan waktu saya (dimensi waktu menghilang). Pada saat ego kita meluruh itulah kita menyatu dan memahami bahwa segala sesuatunya itu satu dan saling terhubung.

Disinilah kita berubah menjadi I am is every body alias tubuh saya adalah satu dan sama dengan tubuh Anda semua di medan kuantum (unified field). I am is everyone alias saya adalah satu dan menjadi bagian dari diri Anda semua (singularitas). I am is everything alias saya adalah menyatu dengan segalanya (oneness). I am is everywhere alias saya ada di manapun (source of energy). I am is every time alias saya ada di semua dimensi waktu yaitu masa lalu, masa kini, masa depan (observer). Apabila Anda bisa mulai melepas segela bentuk ego dan persona (topeng) Anda sebagai manusia selama ini. Melepaskan segala bentuk identitas, asosiasi, pengalaman, dan lain sebagainya sebagai manusia dan menyadari bahwa Anda adalah suatu bentuk cahaya, suatu bentuk ruh yang memiliki akses secara langsung ke tataran kuantum, maka otomatis energi Anda pun akan meningkat! Semakin Anda menyadari bahwa Anda adalah sebentuk kesadaran murni, pure consciousness, maka disitulah Anda berada dalam level energi tertinggi. Menjadi satu dengan Sang Ilahiah. Tidak menghakimi sesama. Tidak memiliki emosi negatif terhadap apapun dan siapapun. Segalanya menjadi satu dan saling terhubung.
Di sisi lain, semakin seorang manusia mengutamakan ego dan personanya, dan kesadaran nya selalu berada di zona force yang berisikan emosi-emosi negatif seperti rasa malu, rasa bersalah, marah, sedih, takut dan lain sebagainya, maka dirinya akan semakin jauh dari kecepatan cahaya. Maka otomatis realitas di tataran materinya pun akan semakin sedikit dan menyempit karena frekuensi panjang gelombang yang dipancarkannya rendah.
Oleh sebab itu, saya selalu menekankan para life designer mengenai pentingnya memahami skala kesadaran manusia yang diperkenalkan oleh Dr. David R. Hawkins. Dikarenakan kesadaran manusia (pikiran dan perasaan) adalah frekuensi gelombang elektromagnetik yang kita pancarkan ke medan kuantum, maka mengetahui kesadaran atau frekuensi apa yang kita pancarkan ke medan kuantum menjadi sesuatu yang amat sangat penting untuk kita pahami dan ketahui setiap saatnya. Saya coba buka kembali peta skala kesadaran manusia tersebut agar rekan-rekan life designer bisa mengetahui kira-kira di saat ini, di detik ini, ada di skala fekuensi manakah kita?

Untuk bisa merubah realitas, maka kita harus bisa bermain di frekuensi zona power yaitu 200 hz keatas. Di zona 200 keataslah hidup dan realitas kita sebagai manusia akan mulai berubah. Segala potensi diri kita akan meningkat dan mengembang secara eksponensial. Sayangnya, semakin meningkat skala frekuensi kesadaran, hanya semakin sedikit jumlah manusia yang berada dan bermain di level frekuensi tersebut. Golden ratio selalu saja terbentuk dan selaras dengan hukum-hukum semesta. Yang mengerikan adalah ternyata 85% umat manusia saat ini bermain di tataran frekuensi kesadaran yang rendah alias 200 kebawah! Ini adalah pilihan yang harus Anda pilih setelah tadi di awal Anda telah memilih pil merah.
Sekarang Anda mempunyai 2 pilihan, apakah Anda mau bermain di tataran frekuensi kesadaran tinggi (200 keatas) atau di tataran frekuensi kesadaran rendah (200 kebawah)?
The choice is yours my friends. Choose the right one…