Sebuah buku tulis lusuh berwarna biru tua hadir ke rumahku malam Senin kemarin. Di depannya tertulis sebuah tulisan tangan yang amat sangat familiar dan aku kenali, tulisan almarhumah Ibunda tercinta Hj. Wiryati binti H. Nursaman. Di halaman depan buku tsb tertulis judul “Uni Collection for Kids”. Ibunda memang dikenal dengan nama panggilan Uni karena berasal dari tanah Minang.
Tulisan di buku inilah yg membuat saya semalaman menitikkan air mata. Sebuah buku yg diwasiatkan utk anak-anaknya tercinta. Buku yg diawali dgn tulisan ttg kehidupan dan air, yg scr kebetulan sy jg sedang berencana menuliskan sebuah buku mengenai hal tsb. Apakah sebuah kebetulan? Saya yakin tidak. Beliau sedang berbicara. Berkomunikasi. Dengan cara-cara yg tidak kita ketahui. Wallahualam.
Di dalam buku tsb juga dituliskan catatan-catatan kehidupan serta diary-diary keseharian beliau semasa hidup. Betapa dalam catatan-catatan hariannya, beliau hanya berorientasi kepada Allah. Tuhan semesta alam. Level sufistik yang bagi orang lain mungkin terlihat aneh. Beliau yang semasa hidupnya selalu menerima orang dari manapun, membolehkan orang lain untuk makan, tidur, mandi di rumah beliau. Tidak pernah semasa hidupnya beliau berhitung masalah uang. Selalu saja berbagi. Bahkan dalam kondisi sulit pun, orang lain lah yang selalu mereka pikirkan, bukan diri mereka sendiri.
Di bagian selanjutnya beliau jg menceritakan kenangan masa-masa indah bersama Almarhum Ayahanda tercinta (Al Fatihah). Betapa kebaikan ayahanda yg selalu memikirkan orang lain, bahkan diatas kepentingan dirinya sendiri. Saya ingat suatu ketika Ayahanda tidak mempunyai uang saat itu dan tidak bisa berbicara karena stroke yang dideritanya. Beliau menuliskan di atas kertas meminta uang ke salah satu keponakan beliau uang sejumlah 50.000 rupiah, dan dikasihlah uang tsb oleh keponakan beliau. Sang ponakan pun kembali dan menginformasikan kepada Ibunda bahwa tadi dia sudah memberikan uang sebesar 50.000 rupiah kepada Ayahanda. Kemudian tidak lama kemudian ada saudara Ibunda yang datang dari Padang, bertamu ke rumah, makan dan minum dan beristirahat, dan ketika akan pulang meminta ongkos pulang, akhirnya uang 50.000 tersebut beliau berikan seluruhnya untuk saudara tersebut. Sangat sulit bagi orang saat ini untuk melakukan hal tersebut sepertinya. Uang selembar-lembarnya, disaat tidak punya uang, malah diberikan kepada orang lain. Ada juga cerita pengemis langganan di rumah kami. Selepas ayah meninggal, sang pengemis datang dan om saya memberikan sejumlah uang. Sang pengemis menolak karena biasa nya bapak yang punya rumah selalu memberikan satu liter beras tiap hari. Apakah kita bisa mencontoh kedermawanan beliau? Wallahualam…
Buku tsb diakhiri dengan sebuah tulisan panjang Ibunda mengenai Qolbu Qur’an. Hatinya Al-Quran. Panjang lebar beliau tulis dengan huruf arab sampai akhir… Semua ayat-ayat yang merupakan inti dari Al-Qur’an beliau tuliskan satu persatu di buku tersebut…
Ya Allah… Berikanlah ampunan, rahmat serta kasih sayang Mu kepada kedua orang tua hamba… Berikanlah mereka kesenangan di alam kubur hingga waktunya mereka dibangkitkan kembali dan kami semua bisa berkumpul kembali di Surga Mu… Amiiinnn YRA…